RENUNGAN HARIAN
Renungan 1
Be the True Light
Bacaan: Yohanes 1:1-18
“ia berkunjung sebagai saksi untuk berikan kesaksian berkenaan terang itu, agar oleh dia seluruh orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia kudu berikan kesaksian berkenaan terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi tiap tiap orang, tengah berkunjung ke dalam dunia.”
Yohanes 1:7-9
3 Renungan Harian yang Penuh makna Saat TeduhJadilah terang yang sesungguhnya. Apa yang tersedia di benak kami pas mendengar sepenggal kata-kata tersebut? Apakah sebuah matahari yang bersinar bersama terang pada siang hari, sebuah lampu dalam ruangan yang tengah dinyalakan atau sebuah lilin yang dinyalan pas tengah gelap? Mari kami melihat ilustrasi setelah itu ini. Ketika kami menyalakan sebuah lilin dalam suasana terang, apakah lilin itu memiliki fungsi bagi kita?
Tentu saja tidak, sebab tersedia cahaya yang jauh lebih terang dibandingkan bersama nyala lilin yang kami nyalakan. Beda halnya pas kami menyalakan sebuah lilin di daerah yang gelap. Ketika di daerah gelap, lilin itu tentu memiliki fungsi bagi kami yakni untuk menerangi kami di tengah kegelapan. Lalu apakah jalinan ilustrasi setelah itu bersama kita? Pada pas ini kami orang yang percaya kepadaNya misalnya sebuh lilin yang berada di tengah kegelapan yang kudu menyinari lebih tidak memadai kami dan memberi tambahan saran kepada orang-orang yang berada di dalam kegelapan tersebut. Dalam Efesus 5:8-10 dikatakan demikian “Memang dahulu anda adalah kegelapan, tetapi pas ini anda adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, sebab terang cuma berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang mau kepada Tuhan.” Karena kami merupakan anak-anak Allah yang pada pas ini hidup di dalamNya maka kami dikatakan sebagai anak-anak terang. Anak-anak terang merupakan anak-anak Allah yang hidup seturut bersama kehendakNya dan sanggup menjadi sebuah kesaksian hidup bagi sesama kita. Kita misalnya domba yang berada di tengah kawanan serigala yang kudu tetap mengabarkan kabar berkenaan kebaikan dan keselamatan yang daripadaNya.
Pada pas ini seringkali kami mendengar pemberitaan di sarana sosial maupun sarana elektronik berkenaan orang percaya yang hidup tidak seturut bersama kehendakNya bersama lakukan penipuan lebih-lebih pembunuhan. Bahkan tak banyak terhitung di lebih tidak memadai kami para pemuda maupun pemudi yang hidupnya berada dalam kegelapan dan tidak menjadi saksi Kristus. Para pemuda atau pemudi ini rajin melayani Tuhan di dalam Gereja atau sebuah persekutuan, tetapi hidupnya tetap tersedia dalam kegelapan bersama mabuk-mabukan atau lebih-lebih pakai obat terlarang dan terhitung pacaran tidak kudus di hadapannya. Apakah ini yang disebut sebagai anak-anak terang? Dalam 1 Yohanes 1:6 terhitung dikatakan layaknya ini ”Jika kami katakan, bahwa kami mencapai persekutuan bersama Dia, tetapi kami hidup di dalam kegelapan, kami berdusta dan kami tidak lakukan kebenaran.” Ketika tersedia yang bertanya kepada kami layaknya ini, anda anak Allah, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, apakah anda adalah anak terang? Jika kami berbicara “Iya saya adalah anak terang” tetapi kami sendiri tidak melihat bagaimana langkah hidup kami yang tetap belum benar di hadapanNya serupa saja kami udah berdusta kepadaNya. Kita udah dikatakan sebagai anak terang jikalau memang hidup kami sendiri udah hidup menurut kehendakNya bersama tidak lakukan tingkah laku yang tidak benar.
Hidup sebagai anak terang
Saat kami mengahadiri ibadah tentu seringkali kami mendengar khotbah berkenaan “Jadilah terang dan garam dunia.” Seringkali pas kami mendengar khotbah rasanya mudah sekali untuk menjadi terang, tetapi dalam prakteknya menjadi terang itu sangatlah sulit. Lalu bagaimana caranya agar kami hidup sebagai anak terang? Berikut dapat dijelaskan langkah hidup anak-anak terang.
1. Mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
Hal pertama yang kudu dilakukan sebagai anak terang yakni bersama mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat terlebih dahulu. Ketika kami udah mengenalnya, kami tentu dapat segan untuk lakukan apa yang tidak dikehendakinya. Agar kami sanggup mengenalnya yakni bersama membentuk jalinan yang baik denganNya. Setiap hari kami sanggup pas teduh dan membaca Firmannya. Firman Tuhan merupakan pedoman hidup bagi orang percaya. Semakin sering kami membaca Firmnannya, kami dapat makin lama lama mengetahui apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi kita.
2. Hidup seturut bersama tekad Allah
Hidup seturut bersama tekad Allah merupakan ciri hidup anak-anak terang. Dengan hidup seturut bersama kehendaknya artinya kami udah tidak hidup di dalam kegelapan lagi. Kita tidak malu untuk beri salam orang yang lakukan kesalahan, kami mau mengasihi dan mengampuni orang yang udah menyakiti hati kami lebih-lebih kami tidak dapat merendahkan orang lain.
3. Menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah sesama
Menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah sesama artinya kehidupan kami dan tiap tiap tingkah laku kami harusnya menjadi berkat. Ketika orang lain melihat tingkah laku kami yang baik, tentunya orang lain dapat melihat hidup kami layaknya terang yang berada di tengah kegelapan. Bahkan pas melihat kehidupan kita, orang lain dapat beralih menjadi lebih baik.
Menjadi terang di tengah kegelapan memang sulit, tetapi lebih sulit lagi jikalau kami hidup di dalam kegelapan dan tidak menjadi berkat bagi orang lain. Jika kami memang belum menjadi terang, marilah kami tinggalkan kegelapan itu dan menjadi hidup seturut bersama kehendakNya. Ketika kami menjadi hidup dalam terang tentu banyak godaan dan kemungkinan banyak teman-teman kami yang tidak bahagia lebih-lebih menjauhi dirinya berasal dari kita. Namun, itu lebih baik bukan daripada kami kudu kehilangan kasihNya dan terus-menerus menerus hidup dalam kegelapan. Ibrani 10:32-33 berbicara demikian “Ingatlah dapat era lalu. Sesudah anda menerima terang, anda banyak menderita oleh sebab anda bertahan dalam perjuangan yang berat, baik pas anda dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun pas anda mengambil alih alih anggota dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.” Jika kami udah hidup di dalam terang, seringkalai banyak ujian yang kudu kami lalui. Namun, kami kudu tetap menjadi saksi bagiNya dan terus-menerus menjadi terang di tengah sesama kami lewat langkah hidup dan tingkah laku kita. Kita kudu menjadi terang yang sejati yang sanggup menyinari langkah hidup orang-orang yang belum percaya dan mengenalNya. Janganlah risau untuk hidup di dalam terang, tetapi takutlah jikalau kami kudu hidup di dalam gelap. Sebab, hidup di dalam gelap dapat sebabkan kami tidak mencapai kasih dan kemuliaanNya. Tuhan Yesus memberkati.
Renungan 2
Give plus Take
Bacaan: Kisah Para Rasul 20:28-36
“Dalam segala suatu perihal udah kuberikan misal kepada kamu, bahwa bersama bekerja demikian kami kudu menunjang orang-orang yang lemah dan kudu mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri udah mengatakan: Adalah lebih bahagia berikan berasal dari pada menerima.”
Kisah Para Rasul 20:35
Jika pada pas ini kami diberi dua pertanyaan layaknya ini, mana yang lebih anda menentukan “memberi” atau “menerima”? Pasti banyak salah satu kami yang berbicara bahwa kami lebih bahagia berikan daripada menerima. Namun dalam kenyataannya, kami justru lebih sulit berikan daripada menerima. Ketika kami mau berikan kadang pas rasanya sulit. Banyak alasan yang justru terkesan dibuat-buat jikalau kudu memberi. Menerima suatu perihal berasal dari orang lain memang menyenangkan hati kita, tetapi pas sanggup berikan kepada orang yang kudu rasa bahagia yang kami rasakan dalam hati kami justru dapat berlipat ganda. Tuhan saja bilang kepada kami bahwa lebih bahagia berikan daripada menerima, kemudian mengapa kami tetap sulit untuk memberi?
Masih ingatkan kami bencana alam yang baru berlangsung lebih dari satu pas ini. Bencana alam yang mengejutkan kami seluruh dan kemungkinan tetap teringat di benak kita. Ya, bencana tsunami yang menimpa Palu, Donggala dan sekitarnya. Puluhan ribu manusia dinyatakan meninggal dunia. Banyak orang yang kudu kehilangan keluarga, daerah tinggal dan terhitung mata pencaharian. Namun apa yang kami lakukan pas kami mendengar berita tersebut? Sudahkah kami berikan berkat kepada mereka yang terkena bencana alam tersebut? Saat saya terhubung sosial sarana berkenaan tulisan bencana alam ini, banyak sekali komentar penduduk menjadi berasal dari pemberian lebih-lebih kata-kata yang tidak pantas. Beberapa netizen mengkritik jikalau penduduk yang terkena musibah ini tidak berperilaku baik sebab mencuri. Apakah kalian mengetahui mengapa mereka lakukan itu? Mereka lakukan itu untuk bertahan hidup demi sesuap nasi maupun seteguk air. Bantuan tidak sanggup mereka menerima sebab akses jalan terputus. Mereka kedinginan, kelaparan dan kehausan. Mereka kecemasan dan terus-menerus dilanda perasaan sedih sebab mereka terhitung kudu kehilangan orang-orang yang mereka kasihi. Apakah kami udah memberi tambahan pemberian kepada mereka meskipun sedikit?
Terkadang manusia sanggup lupa dapat dirinya dan keberadaannya. Terkadang manusia lupa bahwa segala apa yang mereka memiliki adalah pemberian Tuhan yang pas kami meninggalkan dunia ini kami tidak dapat membawa apa-apa. Yang kami bawa cuma pertanggung jawaban berasal dari apa yang kami lakukan semaa hidup kami yakni berbentuk tingkah laku baik maupun tingkah laku jahat. Jika kami tetap sulit untuk memberi, ingatlah bahwa apa yang kami memiliki merupakan memiliki Tuhan. Tuhan saja mau memberi tambahan berkat kepada kita, era kami yang udah menerima berkatnya tidak mau ikut memberi tambahan berkat kepada sesama yang kudu bantuan? Ketika kami menghendaki memberi, mulailah berasal dari berkenaan kecil. Seperti menunjang teman kami yang kudu pemberian atau memberi tambahan sedikit berkat kami kepada penegemis. Janganlah terhitung kami memberi tambahan apa yang kami memiliki kepada Tuhan bersama 1/2 hati dan bersama rasa paksaan. Sebab Tuhan tidak dapat mau menerima apa yang kami berikan kepadaNya.
Memberi dan menerima adalah dua tingkah laku yang berbeda. Ketika kami menerima pemberian orang lain rasa bahagia dapat keluar dalam hati kita, tetapi berkenaan yang lebih membahagiakan lagi adalah sanggup berikan kepada sesama yang kudu pemberian bersama hati yang tulus dan ikhlas. Ketika kami mau berikan artinya kami udah mengetahui bahwa apa yang kami memiliki adalah memiliki Allah. Selain itu kami terhitung mengetahui bahwa segala apa yang kami memiliki adalah pemberian dariNya bagi kami anak-anakNya. Oleh sebab itu, marilah kami menjadi berikan jangan teru mau menerima pemberian saja. Ingatlah Tuhan dapat tetap memberi tambahan berkat bagi kami yang tidak ternilai harganya. Tuhan Yesus memberkati.
Renungan 3
Sebuah Tanggung Jawab
Bacaan: Yunus 1:1-17
“Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah pada mereka, sebab kejahatannya udah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh berasal dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang dapat berangkat ke Tarsis. Ia membayar ongkos perjalanannya, sehabis itu naik kapal itu untuk berlayar bersama bersama mereka ke Tarsis, jauh berasal dari hadapan TUHAN. Tetapi TUHAN turunkan angin ribut ke laut, sehabis itu terjadilah badai besar, agar kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.”
Yunus 1:1-4
Setiap orang tentu memiliki tanggung jawab. Baik anak-anak maupun orang dewasa tentu memiliki dan lebih-lebih diberikan tanggung jawab. Semakin kami dewasa, tanggung jawab yang kami memiliki dapat makin lama lama besar dan lebih sulit dibandingkan anak kecil. Mungkin tanggung jawab seorang anak adalah belajar bersama sebaik-baiknya agar mencapai nilai yang baik. Namun pas dewasa tanggung jawab itu menjadi lebih besar sanggup berbentuk tanggung jawab dalam pekerjaan maupun tanggung jawab dalam keluarga. Apakah kami udah mengerjakan tanggung jawab yang kami memiliki bersama baik?
Sejak kami kecil kecil kemungkinan kami sering mendengar cerita Yunus. Yunus adalah orang yang dipilih Tuhan untuk mewartakan kabar keselamatanNya kepada Niniwe.Namun, Yunus coba lari berasal dari tanggung jawab itu. Ia tambah pergi dan bersembunyi ke Tarsis. Apakah Tuhan mau bersama sikap Yunus? Tentu saja tidak. Tuhan beri salam Yunus bersama mendatangkan angin ribut dan sampai sehabis itu Yunus berada di dalam perut ikan 3 hari 3 malam lamanya.
Mungkin diatara kami dulu mengalami berkenaan yang serupa layaknya Yunus. Ketika kami memiliki tanggung jawab atau dipercayakan sebuah tanggung jawab, kami kadang pas berupaya lari berasal dari tanggung jawab itu dan menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya. Perlu diingat, tiap tiap orang memiliki tanggung jawabnya masing-masing dan itu kudu diselesaikan sampai akhir. Ketika kami memiliki sebuah tanggung jawab dan pas menjadi tanggung jawab yang kami lakukan itu sulit, mintalah bimbingan dan hikmat Tuhan agar kami sanggup selesaikan tanggung jawab itu bersama baik sebab apa pun yang kami lakukan di dalam namaNya tidak tersedia yang tidak mungkin.
Ketika kami memiliki sebuah tanggung jawab atau komitmen baik dalam sekolah, perkuliahan, pekerjaan maupun pelayanan, selesaikanlah tanggung jawab itu. Janganlah layaknya Yunus yang coba lari berasal dari tanggung jawab yang diberikan. Kita memang sebagai manusia seringkali berpikir bahwa tanggung jawab yang kami memiliki amat berat dan kami tidak sanggung untuk menyelesaikannya. Terkadang kami menyesal mengapa kami kudu mengambil alih alih tanggung jawab itu. Ketika kami memiliki tanggung jawab dalam pelayanan, kadang pas kami lalai dan menomorduakan sarana yang harusnya kami lakukan. Apakah Tuhan bahagia jikalau kami bersikap layaknya itu? Tentu saja Tuhan tidak senang. Semua tanggung jawab itu serupa tidak tersedia yang lebih besar dan tidak tersedia yang lebih kecil. Ketika kami menjadi lelah dan meninggalkan tanggung jawab yang kami memiliki mintalah hikmat dan penyertaan Tuhan. Tuhan tentu dapat memampukan dan menguatkan kita. Ketika kami menjadi lalai, Tuhan tentu dapat beri salam kami bersama caraNya sebab Dia menghendaki kami menyelesaikannya sampai akhir.
Ingatlah bahwa kami seluruh memiliki sebuah tanggung jawab yang berbeda-beda yang kudu kami selesaikan.Mintalah hikmat dan bimbingan Tuhan agar kami dimampukan untuk selesaikan tanggung jawab itu bersama baik. Tuhan Yesus memberkati.

3 Renungan Harian yang Penuh makna Saat Teduh


RENUNGAN HARIAN
Renungan 1
Be the True Light
Bacaan: Yohanes 1:1-18
“ia berkunjung sebagai saksi untuk berikan kesaksian berkenaan terang itu, agar oleh dia seluruh orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia kudu berikan kesaksian berkenaan terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi tiap tiap orang, tengah berkunjung ke dalam dunia.”
Yohanes 1:7-9
3 Renungan Harian yang Penuh makna Saat TeduhJadilah terang yang sesungguhnya. Apa yang tersedia di benak kami pas mendengar sepenggal kata-kata tersebut? Apakah sebuah matahari yang bersinar bersama terang pada siang hari, sebuah lampu dalam ruangan yang tengah dinyalakan atau sebuah lilin yang dinyalan pas tengah gelap? Mari kami melihat ilustrasi setelah itu ini. Ketika kami menyalakan sebuah lilin dalam suasana terang, apakah lilin itu memiliki fungsi bagi kita?
Tentu saja tidak, sebab tersedia cahaya yang jauh lebih terang dibandingkan bersama nyala lilin yang kami nyalakan. Beda halnya pas kami menyalakan sebuah lilin di daerah yang gelap. Ketika di daerah gelap, lilin itu tentu memiliki fungsi bagi kami yakni untuk menerangi kami di tengah kegelapan. Lalu apakah jalinan ilustrasi setelah itu bersama kita? Pada pas ini kami orang yang percaya kepadaNya misalnya sebuh lilin yang berada di tengah kegelapan yang kudu menyinari lebih tidak memadai kami dan memberi tambahan saran kepada orang-orang yang berada di dalam kegelapan tersebut. Dalam Efesus 5:8-10 dikatakan demikian “Memang dahulu anda adalah kegelapan, tetapi pas ini anda adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, sebab terang cuma berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang mau kepada Tuhan.” Karena kami merupakan anak-anak Allah yang pada pas ini hidup di dalamNya maka kami dikatakan sebagai anak-anak terang. Anak-anak terang merupakan anak-anak Allah yang hidup seturut bersama kehendakNya dan sanggup menjadi sebuah kesaksian hidup bagi sesama kita. Kita misalnya domba yang berada di tengah kawanan serigala yang kudu tetap mengabarkan kabar berkenaan kebaikan dan keselamatan yang daripadaNya.
Pada pas ini seringkali kami mendengar pemberitaan di sarana sosial maupun sarana elektronik berkenaan orang percaya yang hidup tidak seturut bersama kehendakNya bersama lakukan penipuan lebih-lebih pembunuhan. Bahkan tak banyak terhitung di lebih tidak memadai kami para pemuda maupun pemudi yang hidupnya berada dalam kegelapan dan tidak menjadi saksi Kristus. Para pemuda atau pemudi ini rajin melayani Tuhan di dalam Gereja atau sebuah persekutuan, tetapi hidupnya tetap tersedia dalam kegelapan bersama mabuk-mabukan atau lebih-lebih pakai obat terlarang dan terhitung pacaran tidak kudus di hadapannya. Apakah ini yang disebut sebagai anak-anak terang? Dalam 1 Yohanes 1:6 terhitung dikatakan layaknya ini ”Jika kami katakan, bahwa kami mencapai persekutuan bersama Dia, tetapi kami hidup di dalam kegelapan, kami berdusta dan kami tidak lakukan kebenaran.” Ketika tersedia yang bertanya kepada kami layaknya ini, anda anak Allah, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, apakah anda adalah anak terang? Jika kami berbicara “Iya saya adalah anak terang” tetapi kami sendiri tidak melihat bagaimana langkah hidup kami yang tetap belum benar di hadapanNya serupa saja kami udah berdusta kepadaNya. Kita udah dikatakan sebagai anak terang jikalau memang hidup kami sendiri udah hidup menurut kehendakNya bersama tidak lakukan tingkah laku yang tidak benar.
Hidup sebagai anak terang
Saat kami mengahadiri ibadah tentu seringkali kami mendengar khotbah berkenaan “Jadilah terang dan garam dunia.” Seringkali pas kami mendengar khotbah rasanya mudah sekali untuk menjadi terang, tetapi dalam prakteknya menjadi terang itu sangatlah sulit. Lalu bagaimana caranya agar kami hidup sebagai anak terang? Berikut dapat dijelaskan langkah hidup anak-anak terang.
1. Mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
Hal pertama yang kudu dilakukan sebagai anak terang yakni bersama mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat terlebih dahulu. Ketika kami udah mengenalnya, kami tentu dapat segan untuk lakukan apa yang tidak dikehendakinya. Agar kami sanggup mengenalnya yakni bersama membentuk jalinan yang baik denganNya. Setiap hari kami sanggup pas teduh dan membaca Firmannya. Firman Tuhan merupakan pedoman hidup bagi orang percaya. Semakin sering kami membaca Firmnannya, kami dapat makin lama lama mengetahui apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi kita.
2. Hidup seturut bersama tekad Allah
Hidup seturut bersama tekad Allah merupakan ciri hidup anak-anak terang. Dengan hidup seturut bersama kehendaknya artinya kami udah tidak hidup di dalam kegelapan lagi. Kita tidak malu untuk beri salam orang yang lakukan kesalahan, kami mau mengasihi dan mengampuni orang yang udah menyakiti hati kami lebih-lebih kami tidak dapat merendahkan orang lain.
3. Menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah sesama
Menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah sesama artinya kehidupan kami dan tiap tiap tingkah laku kami harusnya menjadi berkat. Ketika orang lain melihat tingkah laku kami yang baik, tentunya orang lain dapat melihat hidup kami layaknya terang yang berada di tengah kegelapan. Bahkan pas melihat kehidupan kita, orang lain dapat beralih menjadi lebih baik.
Menjadi terang di tengah kegelapan memang sulit, tetapi lebih sulit lagi jikalau kami hidup di dalam kegelapan dan tidak menjadi berkat bagi orang lain. Jika kami memang belum menjadi terang, marilah kami tinggalkan kegelapan itu dan menjadi hidup seturut bersama kehendakNya. Ketika kami menjadi hidup dalam terang tentu banyak godaan dan kemungkinan banyak teman-teman kami yang tidak bahagia lebih-lebih menjauhi dirinya berasal dari kita. Namun, itu lebih baik bukan daripada kami kudu kehilangan kasihNya dan terus-menerus menerus hidup dalam kegelapan. Ibrani 10:32-33 berbicara demikian “Ingatlah dapat era lalu. Sesudah anda menerima terang, anda banyak menderita oleh sebab anda bertahan dalam perjuangan yang berat, baik pas anda dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun pas anda mengambil alih alih anggota dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.” Jika kami udah hidup di dalam terang, seringkalai banyak ujian yang kudu kami lalui. Namun, kami kudu tetap menjadi saksi bagiNya dan terus-menerus menjadi terang di tengah sesama kami lewat langkah hidup dan tingkah laku kita. Kita kudu menjadi terang yang sejati yang sanggup menyinari langkah hidup orang-orang yang belum percaya dan mengenalNya. Janganlah risau untuk hidup di dalam terang, tetapi takutlah jikalau kami kudu hidup di dalam gelap. Sebab, hidup di dalam gelap dapat sebabkan kami tidak mencapai kasih dan kemuliaanNya. Tuhan Yesus memberkati.
Renungan 2
Give plus Take
Bacaan: Kisah Para Rasul 20:28-36
“Dalam segala suatu perihal udah kuberikan misal kepada kamu, bahwa bersama bekerja demikian kami kudu menunjang orang-orang yang lemah dan kudu mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri udah mengatakan: Adalah lebih bahagia berikan berasal dari pada menerima.”
Kisah Para Rasul 20:35
Jika pada pas ini kami diberi dua pertanyaan layaknya ini, mana yang lebih anda menentukan “memberi” atau “menerima”? Pasti banyak salah satu kami yang berbicara bahwa kami lebih bahagia berikan daripada menerima. Namun dalam kenyataannya, kami justru lebih sulit berikan daripada menerima. Ketika kami mau berikan kadang pas rasanya sulit. Banyak alasan yang justru terkesan dibuat-buat jikalau kudu memberi. Menerima suatu perihal berasal dari orang lain memang menyenangkan hati kita, tetapi pas sanggup berikan kepada orang yang kudu rasa bahagia yang kami rasakan dalam hati kami justru dapat berlipat ganda. Tuhan saja bilang kepada kami bahwa lebih bahagia berikan daripada menerima, kemudian mengapa kami tetap sulit untuk memberi?
Masih ingatkan kami bencana alam yang baru berlangsung lebih dari satu pas ini. Bencana alam yang mengejutkan kami seluruh dan kemungkinan tetap teringat di benak kita. Ya, bencana tsunami yang menimpa Palu, Donggala dan sekitarnya. Puluhan ribu manusia dinyatakan meninggal dunia. Banyak orang yang kudu kehilangan keluarga, daerah tinggal dan terhitung mata pencaharian. Namun apa yang kami lakukan pas kami mendengar berita tersebut? Sudahkah kami berikan berkat kepada mereka yang terkena bencana alam tersebut? Saat saya terhubung sosial sarana berkenaan tulisan bencana alam ini, banyak sekali komentar penduduk menjadi berasal dari pemberian lebih-lebih kata-kata yang tidak pantas. Beberapa netizen mengkritik jikalau penduduk yang terkena musibah ini tidak berperilaku baik sebab mencuri. Apakah kalian mengetahui mengapa mereka lakukan itu? Mereka lakukan itu untuk bertahan hidup demi sesuap nasi maupun seteguk air. Bantuan tidak sanggup mereka menerima sebab akses jalan terputus. Mereka kedinginan, kelaparan dan kehausan. Mereka kecemasan dan terus-menerus dilanda perasaan sedih sebab mereka terhitung kudu kehilangan orang-orang yang mereka kasihi. Apakah kami udah memberi tambahan pemberian kepada mereka meskipun sedikit?
Terkadang manusia sanggup lupa dapat dirinya dan keberadaannya. Terkadang manusia lupa bahwa segala apa yang mereka memiliki adalah pemberian Tuhan yang pas kami meninggalkan dunia ini kami tidak dapat membawa apa-apa. Yang kami bawa cuma pertanggung jawaban berasal dari apa yang kami lakukan semaa hidup kami yakni berbentuk tingkah laku baik maupun tingkah laku jahat. Jika kami tetap sulit untuk memberi, ingatlah bahwa apa yang kami memiliki merupakan memiliki Tuhan. Tuhan saja mau memberi tambahan berkat kepada kita, era kami yang udah menerima berkatnya tidak mau ikut memberi tambahan berkat kepada sesama yang kudu bantuan? Ketika kami menghendaki memberi, mulailah berasal dari berkenaan kecil. Seperti menunjang teman kami yang kudu pemberian atau memberi tambahan sedikit berkat kami kepada penegemis. Janganlah terhitung kami memberi tambahan apa yang kami memiliki kepada Tuhan bersama 1/2 hati dan bersama rasa paksaan. Sebab Tuhan tidak dapat mau menerima apa yang kami berikan kepadaNya.
Memberi dan menerima adalah dua tingkah laku yang berbeda. Ketika kami menerima pemberian orang lain rasa bahagia dapat keluar dalam hati kita, tetapi berkenaan yang lebih membahagiakan lagi adalah sanggup berikan kepada sesama yang kudu pemberian bersama hati yang tulus dan ikhlas. Ketika kami mau berikan artinya kami udah mengetahui bahwa apa yang kami memiliki adalah memiliki Allah. Selain itu kami terhitung mengetahui bahwa segala apa yang kami memiliki adalah pemberian dariNya bagi kami anak-anakNya. Oleh sebab itu, marilah kami menjadi berikan jangan teru mau menerima pemberian saja. Ingatlah Tuhan dapat tetap memberi tambahan berkat bagi kami yang tidak ternilai harganya. Tuhan Yesus memberkati.
Renungan 3
Sebuah Tanggung Jawab
Bacaan: Yunus 1:1-17
“Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah pada mereka, sebab kejahatannya udah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh berasal dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang dapat berangkat ke Tarsis. Ia membayar ongkos perjalanannya, sehabis itu naik kapal itu untuk berlayar bersama bersama mereka ke Tarsis, jauh berasal dari hadapan TUHAN. Tetapi TUHAN turunkan angin ribut ke laut, sehabis itu terjadilah badai besar, agar kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.”
Yunus 1:1-4
Setiap orang tentu memiliki tanggung jawab. Baik anak-anak maupun orang dewasa tentu memiliki dan lebih-lebih diberikan tanggung jawab. Semakin kami dewasa, tanggung jawab yang kami memiliki dapat makin lama lama besar dan lebih sulit dibandingkan anak kecil. Mungkin tanggung jawab seorang anak adalah belajar bersama sebaik-baiknya agar mencapai nilai yang baik. Namun pas dewasa tanggung jawab itu menjadi lebih besar sanggup berbentuk tanggung jawab dalam pekerjaan maupun tanggung jawab dalam keluarga. Apakah kami udah mengerjakan tanggung jawab yang kami memiliki bersama baik?
Sejak kami kecil kecil kemungkinan kami sering mendengar cerita Yunus. Yunus adalah orang yang dipilih Tuhan untuk mewartakan kabar keselamatanNya kepada Niniwe.Namun, Yunus coba lari berasal dari tanggung jawab itu. Ia tambah pergi dan bersembunyi ke Tarsis. Apakah Tuhan mau bersama sikap Yunus? Tentu saja tidak. Tuhan beri salam Yunus bersama mendatangkan angin ribut dan sampai sehabis itu Yunus berada di dalam perut ikan 3 hari 3 malam lamanya.
Mungkin diatara kami dulu mengalami berkenaan yang serupa layaknya Yunus. Ketika kami memiliki tanggung jawab atau dipercayakan sebuah tanggung jawab, kami kadang pas berupaya lari berasal dari tanggung jawab itu dan menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya. Perlu diingat, tiap tiap orang memiliki tanggung jawabnya masing-masing dan itu kudu diselesaikan sampai akhir. Ketika kami memiliki sebuah tanggung jawab dan pas menjadi tanggung jawab yang kami lakukan itu sulit, mintalah bimbingan dan hikmat Tuhan agar kami sanggup selesaikan tanggung jawab itu bersama baik sebab apa pun yang kami lakukan di dalam namaNya tidak tersedia yang tidak mungkin.
Ketika kami memiliki sebuah tanggung jawab atau komitmen baik dalam sekolah, perkuliahan, pekerjaan maupun pelayanan, selesaikanlah tanggung jawab itu. Janganlah layaknya Yunus yang coba lari berasal dari tanggung jawab yang diberikan. Kita memang sebagai manusia seringkali berpikir bahwa tanggung jawab yang kami memiliki amat berat dan kami tidak sanggung untuk menyelesaikannya. Terkadang kami menyesal mengapa kami kudu mengambil alih alih tanggung jawab itu. Ketika kami memiliki tanggung jawab dalam pelayanan, kadang pas kami lalai dan menomorduakan sarana yang harusnya kami lakukan. Apakah Tuhan bahagia jikalau kami bersikap layaknya itu? Tentu saja Tuhan tidak senang. Semua tanggung jawab itu serupa tidak tersedia yang lebih besar dan tidak tersedia yang lebih kecil. Ketika kami menjadi lelah dan meninggalkan tanggung jawab yang kami memiliki mintalah hikmat dan penyertaan Tuhan. Tuhan tentu dapat memampukan dan menguatkan kita. Ketika kami menjadi lalai, Tuhan tentu dapat beri salam kami bersama caraNya sebab Dia menghendaki kami menyelesaikannya sampai akhir.
Ingatlah bahwa kami seluruh memiliki sebuah tanggung jawab yang berbeda-beda yang kudu kami selesaikan.Mintalah hikmat dan bimbingan Tuhan agar kami dimampukan untuk selesaikan tanggung jawab itu bersama baik. Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar